“Pokoknya, Ali tidak mau,” bantah Ali pada Ibu. Meski beberapa kali Ibu minta tolong untuk membawakan oleh-oleh ke rumah Ari, tetap saja Ali menolaknya. Alasannya kenapa, Ibu pun tak tahu. Ali tak mau cerita sama sekali. Akhirnya, Ibu sendiri yang pergi menuju ke rumah Ari.
Ketika di rumah Ari, barulah Ibu paham kenapa Ali enggan bertemu dengan sahabatnya tersebut. Ari bercerita tentang ketidaksengajaan yang ia lakukan pada Ali. “Kemarin aku tidak sengaja menumpahkan air di buku gambar Ali. Terus, Ali jadi marah padaku,” sesal Ari. Ari telah menjemur buku gambar Ali bahkan membelikannya yang baru, tapi tetap saja Ali marah padanya.
Alhasil, sudah 2 hari ini kedua sahabat karib ini tidak bertegur sapa.
Usai mengobrol dengan mama Ari, Ibu pun pulang ke rumah. Ia berjanji akan memberi pengertian pada putra semata wayangnya tentang arti memberi maaf.
“Assalamualaikum,” Ibu mengucapkan salam. Ali pun langsung menyambut dengan salam pula. “Ibu, lama sekali, sih,” keluh Ali begitu Ibu masuk ke rumah. “Iya,kanada yang ingin Ibu bicarakan dulu dengan Mama Ari. Ali sudah makan?,” tanya Ibu kemudian. Ali mengangguk.
Sesaat kemudian, Ibu ingin membuat kolak labu kuning. Ia pun menuju pekarangan rumah belakang untuk mengambil daun pandan. Namun, betapa kagetnya Ibu saat melihat pot bunga adeniumnya hancur berantakan. “Ali, tadi ada kucing masuk, ya?,” tanya Ibu dengan setengah berteriak.
Dengan menunduk penuh ketakutan, Ali menjawab,” Tidak, Bu.” Tapi lanjutnya,” Tadi sewaktu main bola, Ali tidak sengaja menyenggol pot itu. Akibatnya, pot hancur berantakan,” cerita Ali dengan suara bergetar.
Setelah menarik nafas dalam-dalam, Ibu duduk di kursi taman. Diajaknya Ali duduk bersama. “Ali sengaja atau tidak menyenggol pot Ibu?,” tanya Ibu dengan suara lembut. “Tidak, Bu. Ali tidak sengaja sama sekali. Ali tidak tahu ada pot di situ,” jawabnya. “Ya, sudah, tidak apa-apa. Lain kali harus hati-hati, jangan sampai menyenggol lagi,” ucap Ibu dengan bijak.
“O, iya, Ibu jadi ingat cerita Ari. Katanya, ia tidak sengaja menumpahkan air di buku gambar Ali, ya,” tanya Ibu. Ali tak menjawab, wajahnya berubah jadi cemberut. “Pasti, ia merasa sama bersalahnya dengan Ali barusan,” ungkap Ibu. Siapapun yang sudah mengaku bersalah tapi tidak dimaafkan, pastilah akan merasa sangat sedih.
“Tapi, Ari merusak gambarku, Bu,” bela Ali pada perbuatannya. “Gambar rusak,kanmasih bisa diperbaiki. Tapi, bagaimana dengan persahabatan. Ari,kan, sahabat dekat kamu. Suatu saat Ali pasti butuh bantuan Ari. Lagipula, bukannya kalian duduk bersebelahan di kelas,” ujar Ibu.
Ali terdiam mendengar ucapan Ibu. “Ali, siapapun bisa berbuat khilaf atau salah. Sama seperti Ali yang tidak sengaja menjatuhkan pot Ibu. Toh, Ari sudah minta maaf, bahkan telah membelikan buku gambar baru,kan,” jelas Ibu lagi.
“Sebagai muslimkandiwajibkan untuk memberi maaf pada orang lain. Allah melarang siapapun saling bermusuhan atau tidak bertegur sapa pada saudara sesama muslim lebih dari 3 hari,” nasihat Ibu, “Karena itu, ayo, berbaikan lagi. Kesalahan kemarin tak perlu diingan terus. Bayangkan saja kebaikan-kebaikan lain yang pernah Ari lakukan,” terang Ibu. “Tapi, Bu…, sekarang Ari sudah tidak mau bicara lagi denganku,” keluh Ali.
“Ari takut kalau Ali marah lagi. Karena itu, ayo, datang ke rumahnya dan ajak main lagi. Kalau perlu, jangan malu minta maaf karena sempat mendiamkannya,” pinta Ibu sembari tersenyum. Ari pun segera beranjak dari tempat duduk. “Iya, deh. Aku mau ke rumah Ari dan ajak main bola di lapangan,” tutur Ali dengan semangat. “Terima Kasih, Ibu.”