Siang itu, Mangki, Poni, Leni dan Pipo berkumpul di rumah pohon. Ya, hari itu mereka mendapat tugas prakarya dari Bu Guru. Namun, mereka belum juga mendapat ide. Tiba-tiba terdengar suara dari atas atap rumah mereka.
Cicicuit, cicicuit, cicit cuit…
”Eh, teman-teman, sepertinya ada suara burung yang merintih kesakitan, deh,” ujar Mangki.
”Iya, betul,” sahut Leni, ”Mungkin sebaiknya Mangki lihat ke atas atap rumah, bagaimana?”
Mangki pun mencari tahu suara burung tersebut.
BENAR !! Seekor burung pipit yang baru bisa terbang tersangkut di ranting. Aduh, kakinya terluka.
Perlahan-lahan Mangki mendekati burung malang itu. Melihat ada binatang asing mendekat, Pipit ketakutan. Sambil memamerkan senyum indahnya, Mangki berusaha menenangkannya. ”Tenang, Pipit. Kami akan menolongmu.”
Melihat senyum itu, Pipit berangsur tenang. Mangki pun kemudian menolong Pipit, lalu membawanya ke kamar Poni. Leni, Poni, dan Pipo pun mengikuti dari belakang.
”Aduh, kasihan sekali, ya,” ujar Leni.
”Kamu tinggal di mana, Pipit?” sambung Poni.
“Cuit..cit.cit.cit…,” jawab Pipit.
O lala, ternyata Pipit masih sangat kecil dan belum bisa bicara. Dia hanya bersuara cuitt.citcicit..cuitt cit..cit..
”Kasihan sekali dia,” kata Pipo.
“Iya, apalagi kakinya luka,” sahut Leni. ”Ehm, bagaimana kalau kita rawat dulu sampai ia bisa terbang lagi?”
“Boleh, tapi mau kita letakkan di mana? Lagipula, pasti ibunya sedang mencarinya,” tanya Poni
”Kita bisa buatkan sangkar dari daun kering dan dahan pohon. Nah, kalau sudah sembuh, kita lepaskan lagi,” usul Leni. ”Bukankah berbahaya membiarkan Pipit terbang dalam kondisi terluka.”
”Iya, Poni. Lagipula, kalau si Pipit sudah sembuh, sarang itu bisa kita gunakan sebagai tugas prakarya kita,” jelas Pipo.
Mereka pun setuju untuk membuatkan sarang buat Pipit.
Leni kemudian membagi tugas untuk mereka. Pipo dan Leni bertugas mengumpulkan daun-daun kering, Poni dan Mangki bertugas mengumpulkan ranting kering.
Mereka pun berpencar untuk mengumpulkan barang-barang sesuai tugas masing-masing.
Setelah terkumpul cukup banyak, Mangki pun merangkai bahan-bahan tersebut menjadi sarang burung.
Pertama-tama, ia menyusun ranting-ranting satu persatu
Horeee, sarangnya selesai..
Mari kita beri bebera beberapa lembar kain sebagai alas tidur dan selimut bagi Pipit.
(pipit terlihat tersenyum bahagia)
Syukurlah, setelah dirawat dengan penuh perhatian, 3 hari kemudian, Pipit sudah sembuh dan dapat terbang kembali. Keempat sahabat ini bahagia sekali.
Selamat tinggal Pipit.
Kapan-kapan main lagi kesini, ya. Tapi, harus hati-hati,loh. Da..da.
Wah, bahagianya. Selain bisa menolong sesama, Leni, Mangki, Poni, dan Pipo juga mendapat pujian dari Bu Guru atas prakaryanya.