Jurnalistik Radio tak akan bisa lepas dari proses pencarian atau penggalian informasi. Di dalamnya pun terdapat banyak cara untuk melengkapi informasi. Sebelum bicara jauh, ada baiknya kita bicarakan terlebih dahulu apa itu informasi.
Kata ini berasal dari bahasa latin informare dari forma, berarti membentuk. Dengan demikian, informasi ialah segala sesuatu yang menghapuskan keragu-raguan atau ketidakpastian kita tentang berbagi kemungkinan ; tentang dua atau lebih alternatif yang dihadapi. Oleh karena itu, seorang reporter berkewajiban untuk mencari informasi selengkap mungkin.
Bagaimana caranya ?
Pertama, menggali melalui perpustakaan. Sebelum keluar dari redaksi, ada baiknya seorang reporter mengetahui asal-usul, latar belakang dari kejadian yang akan ia cari tahu.
Data lainnya, bisa juga dengan menggunakan internet. Sejalan dengan perkembangan komunikasi yang semakin pesat, penggunaan internet dapat membantu bertambahnya wawasan dan pengetahuan tentang berbagai hal yang jauh dari kita. Misal, kebiasaan makan orang barat. Siapa tahu, seorang reporter berkesempatan mewawancarai artis mancanegara. Tentu akan lebih akrab, jika sebelumnya ia telah mengetahui lebih dulu hobi atau makanan apa yang disenangi artis tersebut.
Studi pustaka tak cukup buat seorang reporter radio. Informasi utama tetap dari hasil wawancara dengannarasumber (orang yang terkait langsung/ pun tidak langsung dengan materi fakta yang hendak dicari kebenarannya). Melalui latihan terus menerus dan lama, seorang reporter dapat berkembang menjadi pewawancara yang baik.
Wawancara langsung (straight news interview) dirancang untuk mengali informasi dalam bentuk jawaban-jawaban singkat langsung untuk lebih memperjelas sebuah berita.Ada beberapa jenis wawancara yang selama ini diterapkan oleh reporter, diantaranya :
- Wawancara dengan janji. Yang dimaksud di sini adalah wawancara dengan janji terlebih dahulu (interview by appointment). Wawancara jenis ini sebaiknya dilakukan oleh interviewer, di mana ia langsung bertatap muka dengan yang diwawancarai (interviewee).
- Jumpa Pers (News Conferences). Kemungkinan akan ada kendala dalam pemfokusan pertanyaan. Masing-masing wartawan bertanya sehingga terjadi tanya-jawab tidak menentu. Nah, ada baiknya jika sebelum berangkat dibuat terlebih dahulu catatan kecil. Dan demi kepentingan siaran radio, sebaiknya usai jumpa pers, dibuat lagi janji wawancara eksklusif. Hindari pula tempo bicara yang lamban, karena bisa mengganggu dalam siaran radio yang sangat membutuhkan kecepatan dan kelugasan.
- Wawancara di Tempat Kejadian. Hasil wawancara dari narasumber pertama sangatlah berguna. Terlebih jika kondisi di
sekitarnya dapat terekam karena laporan yang dibuat reporter akan jadi lebih hidup dan lebih dipercaya pendengar (more credible). - Wawancara Melalui Telepon. Bila ditengok dari sisi mutu, wawancara lewat telepon jelas tidak sebagus suara yang direkam
melalui mikropon ke tape recorder. Wawancara lewat telepon hanya dipakai dalam keadaan darurat. Biasanya, demi aktualitas wawancara, cara ini dilakukan oleh reporter. Meski diperbolehkan, ada beberapa saran yang sebaiknya diikuti. Seperti, gunakan dan hormati tata krama bertelepon dengan sebaik-baiknya. Sebelum menelpon, sebaiknya siapkan urutan pertanyaan dengan cermat dan ajukan secara teratur. Dan untuk menghindari kesalahpahaman, perkenalkan diri Anda terlebih dahulu. Yang lainnya, jika sedang mewawancarai seseorang, jangan bicara dengan orang lain yang ada di sekitar Anda sehingga memberi kesan tak memperhatikan. - Wawancara Langsung. Wawancara seperti ini punya nilai tambah karena lebih menarik. Tapi, resikonya bila interviewer tidak mampu mengendalikan suasana. Atau bila melalui telepon (teleconference), tak menutup kemungkinan adanya gangguan atau putusnya hubungan telepon sewaktu-waktu.
Komentar Orang Awam (Vox Pops). Biasanya wawancara seperti ini jika menyengkut peristiwa penting yang berdampak terhadap kepentingan orang banyak. Seperti, kebakaran di Tanah Abang beberapa waktu lalu.
(Dari berbagai sumber)
Pingback: Wawancara itu Seperti Apa?
wahh,,,sepertinya saya harus lebih banyak belajar mengenai wawancara ini bu 🙂